Ketika berada di Kordoba, suatu hari aku berjalan -jalan di sebuah los pasar yang menjual buku. Aku menemukan buku yang sudah lama aku cari. Aku gembira sekali. Bahkan saking gembiranya, buku itu aku bayar lebih dari harga yang semestinya. Saat akan menyerahkan uang , tiba-tiba datang seorang berpakaian necis langsung membayar lebih mahal untuk buku tersebut. Sejenak aku terkesiap. Aku dekati dia.
"Maaf. Tuan pasti seorang ulama besar. Kalau memang sangat membutuhkan buku itu, biar untuk Tuan saja sekalipun aku telah membayarnya lebih dari harganya," kataku.
"Aku bukan seorang ulama. Bahkan aku tidak banyak tahu tentang ilmu agama. Aku hanya gemar mengoleksi buku-buku supaya terkesan sebagai ulama atau setidaknya orang yang terpelajar. Mengingat rak bukuku masih ada yang kosong, dan tampaknya buku ini isinya bagus, maka aku beli berapapun harganya. Syukur Allah SWT menganugerahkan kepadaku rizki yang cukup banyak," katanya.
Dengan kesal aku berkata :
"Baiklah, orang seperti Tuan ini memang layak mendapat rizki berlimpah. Tetapi Tuan tak ubahnya orang ompong yang diberi buah pala. Biarlah, karena kemiskinan, aku gagal mendapatkan buku bermutu yang amat berguna bagiku."
(Sumber: Kitab Nafhu al-Thayib, al-Muqri al-Til)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar