PETI UMMUL BANNIN


Diceritakan Ummul Banin Abdul Aziz bin marwan, isteri Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik, pernah jatuh cinta kepada seorang penyair Yaman bernama Wadlah yang berwajah cukup tampan.

Atas undangan rahasia Ummul Banin, penyair Yaman itu datang menemuinya di rumah, saat itu Khalifah Al-Walid sedang bepergian. Merasa takut ketahuan, ia menyembunyikan Wadlah di dalam sebuah peti lalu menutupnya rapat-rapat. Namun, mendadak seorang pelayan masuk dan sempat melihat ada seorang laki-laki dalam sebuah peti. Ia pura-pura tidak tahu.

Kebetulan Khalifah Al Walid tiba. Pelayan itu langsung melapoorkan apa yang baru saja dilihatnya. Semula sang Khalifah tidak percaya.

"Tuan Amirul Mukminin buktikan sendiri," kata pelayan.

Khalifah Al-Walid masuk ke kamar dan mendapati isterinya sedang menyisir rambut sambil duduk di atas sebuah peti.

"Isteriku, aku ingin memeriksa peti-peti di kamar ini," kata Khalifah.

"Silakan, peti-peti ini memang milikmu, Amirul Mukminin."

"Tetapi aku hanya ingin satu peti saja."

"Silakan mana yang engkau inginkan. Ambillah."

"Peti yang kamu duduki itu."

Ummul Banin terperangah mendengarnya. Sekujur tubuhnya terasa gemetar. Dan perasaannya kalut. Namun ia mencoba untuk menutupi semua itu.

"Yang lainnya malah lebih baik. Lagi pula di peti yang satu ini ada barang-barang keperluanku."

"Aku menginginkan yang satu ini saja."

"Ambillah, kalau begitu."

Khalifah Al-Walid segera memerintahkan seorang pelayan untuk mengangkat peti tersebut ke halaman belakang istana, dan meletakkannya di bibir sumur tua. Dari jauh Ummul Banin menatap sedih sambil menangis. Ia tidak berani mendekat. Ia tidak tahu nasib apa yang akan menimpa laki-laki simpanannya itu. Hatinya gundah gulana.

Pelan-pelan Khalifah Al-Walid menghampiri peti tersebut. Sebenarnya ia sangat marah, namun ia berusaha menahannya.

"Hai orang yang ada didalam peti, kalau berita yang kami dengar adanya, berarti kami menguburmu berikut kenangan manismu untuk selamanya. Tetapi jika kabar itu bohong, berarti kami hanya mengubur kayu," kata Khalifah sambil melemparkan peti ke dasar sumur.

Setelah menyuruh menimbunnya dengan pasir sampai rata dengan tanah, Khalifah masuk ke istana. Sejak itu penyair Yaman bernama Wadlah tidak pernah tampak. Dan Ummul Banin tidak melihat ada kemarahan pada wajah suaminya sampai kematian memisahkan mereka berdua.

(Sumber : Kitab Wafyat al-A'yan oleh Ibnu Khalkan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar