Diceritakan, pada suatu hari putera hakim Syuraih berkata kepada ayahnya, "Ayah, aku punya masalah dengan seseorang. Tolong Ayah dengar dulu permasalahannya. Jika menurutmu aku yang benar, aku bermaksud membawanya ke pengadilan. Tetapi jika sebaliknya, aku akan menyelesaikannya secara damai."
Hakim Syuraih dan Puteranya
Setelah mendengar permasalahannya, hakim Syuraih tahu bahwa puteranya ada di pihak yang salah. Namun ia tidak memberitahukannya secara terus terang, bahkan sebaliknya, ia mendorong puteranya untuk maju ke pengadilan. "Perkarakan ia ke pengadilan," katanya.
Dalam sidang pengadilan, hakim Syuraih menyatakan puteranya kalah dalam perkara. Tentu saja ini membuat puteranya kecewa dan berang. Ia merasa ditipu oleh ayahnya sendiri. Begitu keduanya sama-sama tiba di rumah, sang putera menggerutu melampiaskan kekecewaannya. "Dengar puteraku, di dunia ini kamu adalah orang yang paling aku cintai; tetapi Allah jauh lebih aku cintai. Seandainya aku berterus terang bahwa kamu di pihak yang salah, aku khawatir kamu akan berdamai dengan cara menyuap orang yang sedang punya masalah denganmu: itu sama sekali tidak bisa dibenarkan, puteraku," jawab hakim Syuraih.
Sumber: Al-Thabaqat Al-Kubra, Muhammad bin Sa'ad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar