KRAKATAU LEGEND



Senin 27 Agustus 1883 pukul 10.00 WIB adalah saat terakhir penduduk di sekitar Selat Sunda melihat Matahari tengah naik ke puncaknya. Setengah jam kemudian, mereka meregang nyawa diseret gelombang laut setinggi sampai 40 meter…Jumlah seluruhnya 36.417 orang berasal dari 295 kampung di kawasan pantai Banten dan Lampung. Keesokan harinya dan keesokan harinya lagi, penduduk sejauh sampai Jakarta dan Lampung tak melihat lagi Matahari – gelap gulita. Apa yang terjadi di hari yang seperti kiamat itu adalah letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda.
Suara letusannya terdengar sampai sejauh 4600 km dan di dengar di kawasan seluas 1/8 permukaan Bumi. Telah banyak tulisan dan film di seluruh dunia dibuat tentang kedahsyatan letusan Krakatau ini. University of North Dakota, Volcanic Explosivity Index (VEI) mencantumkan dua gunungapi di seluruh dunia yang letusannya paling hebat dalam sejarah moderen : Krakatau 1883 (VEI : 6) dan Tambora 1815 (VEI : 7). Dua-duanya ada di Indonesia, tak jauh dari kita. Semoga kita, bangsa Indonesia – terlebih yang menamakan dirinya geologist, mengenal dengan baik dua gunungapi ini.
 Tetapi, banyak dokumen menunjukkan bahwa Krakatau 1883 bukanlah satu-satunya letusan dahsyatnya. Sebelumnya, masih di Krakatau juga, ada letusannya yang kelihatannya jauh lebih dahsyat lagi daripada letusan 1883, yang terjadi pada masa sejarah, pada masa kerajaan- kerajaan Hindu pertama di Indonesia tahun 400-an atau 500-an AD (Anno Domini, Masehi). Tentu saja letusan ini tak banyak ditulis apalagi difilmkan sebab pengetahuan kita tentangnya masih samar-samar, walaupun nyata. Adalah B.G. Escher (1919, 1948) yang berdasarkan penyelidikannya dan penyelidikan Verbeek (1885) – dua-duanya adalah ahli geologi Belanda yang lama bekerja di Indonesia – yang menyusun sejarah letusan Krakatau sejak zaman sejarah – moderen.
 Saat ini, di Selat Sunda ada Gunung Anak Krakatau (lahir Desember 1927,  44 tahun setelah letusan Krakatau 1883 terjadi), yang dikelilingi tiga pulau : Sertung (Verlaten Eiland, Escher 1919), Rakata Kecil (Lang Eiland, Escher, 1919) dan Rakata. Berdasarkan penelitian geologi, ketiga pulau ini adalah tepi-tepi kawah/kaldera hasil letusan Gunung Krakatau (Purba, 400-an/500-an AD). Escher kemudian melakukan rekonstruksi berdasarkan penelitian geologi batuan2 di ketiga pulau itu dan  karakteristik letusan Krakatau 1883, maka keluarlah evolusi erupsi Krakatau yang menakjubkan (skema evolusi Krakatau dari Escher ini bisa dilihat di buku van Bemmelen, 1949, 1972, atau di semua buku moderen tentang Krakatau).
 B.G. Escher berkisah, dulu ada sebuah gunungapi besar di tengah Selat Sunda, kita namakan saja KRAKATAU PURBA yang disusun oleh batuan andesitik. Lalu, gunung api ini meletus hebat  dan membuat kawah yang besar di Selat Sunda yang tepi-tepinya menjadi pulau Sertung, Rakata Kecil dan Rakata. Lalu sebuah kerucut gunungapi tumbuh berasal dari pinggir kawah dari pulau Rakata, sebut saja gunungapi Rakata, terbuat dari batuan basaltik. Kemudian, dua gunungapi muncul di tengah kawah, bernama gunungapi Danan dan gunungapi Perbuwatan. Kedua gunung api ini kemudian menyatu dengan gunung api di Rakata yang muncul terlebih dahulu.
Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut KRAKATAU. Tahun 1680, gunung Krakatau meletus 3 batuapung dan abu volkanik. Gunungapi Danan dan Perbuwatan hilang karena erupsi dan runtuh, dan setengah kerucut gunung api Rakata hilang karena runtuh, membuat cekungan kaldera selebar 7 km sedalam 250 meter. Desember 1927, ANAK KRAKATAU muncul di tengah- tengah kaldera.
menghasilkan lava andesitik asam. Tanggal 20 Mei 1883, setelah 200 tahun tertidur, sebuah erupsi besar terjadi, dan terus-menerus sampai puncak erupsi terjadi antara 26-28 Agustus 1883 (Inilah letusan Krakatau 1883 yang terkenal itu). Erupsi ini telah melemparkan 18 km
 Seberapa besar dan kapan erupsi KRAKATAU PURBA terjadi ? . Tulisan2 yang berhasil dikumpulkan (buku2 dan paper2 lepas) menunjuk ke dua angka tahun : 416 AD atau 535 AD. Angka 416 AD adalah berasal dari sebuah teks Jawa kuno berjudul ”Pustaka Raja Purwa” yang bila diterjemahkan bertuliskan : ”Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada goncangan Bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Lalu datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula. Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatra” . Di tempat lain, seorang bishop Siria, John dari Efesus, menulis sebuah chronicle di antara tahun 535 – 536 AD, “ Ada tanda-tanda dari Matahari, tanda- tanda yang belum pernah dilihat atau dilaporkan sebelumnya. Matahari menjadi gelap, dan kegelapannya berlangsung sampai 18 bulan. Setiap harinya hanya terlihat selama empat jam, itu pun samar-samar. Setiap orang mengatakan bahwa Matahari tak akan pernah mendapatkan terangnya lagi” . Dokumen di Dinasti Cina mencatat : ”suara guntur yang sangat keras terdengar ribuan mil jauhnya ke baratdaya Cina”. (Semua kutipan diambil dari buku Keys, 1999 : Catastrophe : A Quest for the Origins of the Modern Worls, Ballentine Books, New York).
 Itu catatan2 dokumen sejarah yang bisa benar atau diragukan. Tetapi, penelitian selanjutnya menemukan banyak jejak-jejak ion belerang yang berasal dari asam belerang volkanik di temukan di contoh- contoh batuan inti (core) di lapisan es Antarktika dan Greenland, ketika ditera umurnya : 535-540 AD. Jejak2 belerang volkanik tersebar ke kedua belahan Bumi : selatan dan utara.  Dari mana lagi kalau bukan berasal dari sebuah gunungapi di wilayah Equator ? semua data menunjuk ke satu titik di Selat Sunda : Krakatau !.  Adalah sebuah letusan KRAKATAU PURBA penyebab semua itu.
 Letusan KRAKATAU PURBA begitu dahsyat, sehingga dituduh sebagai penyebab semua abad kegelapan di dunia. Penyakit sampar Bubonic (Bubonic plague) terjadi karena temperatur mendingin. Sampar ini secara signifikan telah mengurangi jumlah penduduk di seluruh dunia. Kota-kota super dunia segera berakhir, abad kejayaan Persia purba berakhir, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Bizantium terjadi, peradaban South Arabian selesai, berakhirnya rival Katolik terbesar (Arian Crhistianity), runtuhnya peradaban2 purba di Dunia baru – berakhirnya negara metropolis Teotihuacan, punahnya kota besar Maya Tikal, dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki. Kata Keys (1999), semua peristiwa abad kegelapan dunia ini terjadi karena bencana alam yang mahabesar, yang sangat mengurangi cahaya dan panas Matahari selama 18 bulan, menyebabkan iklim global mendingin.
 K. Wohletz, seorang ahli volkanologi di Los Alamos National Laboratory, mendukung penelitian David Keys, melalui serangkaian simulasi erupsi KRAKATAU PURBA yang terjadi pada abad keenam Masehi tersebut. Artikelnya (Wohletz, 2000 : Were the Dark Ages Triggered by Volcano-Related Climate Changes in the Sixth Century ? – If So, Was Krakatau Volcano the Culprit ? EOS Trans American Geophys Union 48/81, F1305) menunjukkan simulasi betapa dahsyatnya erupsi ini. Inilah beberapa petikannya. Erupsi sebesar itu telah melontarkan 200 km3 magma (bandingkan dengan Krakatau 1883 yang 3), membuat kawah 40-60 km, letusan hebat terjadi selama 34 jam, tetapi terus terjadi selama 10 hari dengan mass discharge 1 miliar kg/detik. Eruption plume telah membentuk perisai di atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur 5-10 derajat selama 10-20 tahun.
salah satu dampak ledakan krakatau
18 km
 Begitulah, Escher dan Verbeek menyelidiki ada erupsi Krakatau Purba;  dokumen2 sejarah dari Indonesia (Pustaka Raja), Siria, dan Cina mencatat sebuah bencana yang sangat dahsyat terjadi di abad 5 atau 6 Masehi; ice cores di Antarktika dan Greenland mencatat jejak-jejak ion sulfate volkanik dengan umur 535-540 AD, peristiwa2 Abad Kegelapan di seluruh dunia terjadi pada abad ke-6, dan simulasi volkanologi erupsi Krakatau Purba : semuanya kelihatannya bisa saling mendukung.

AMIR ANDALUSIA


Abdurrahman bin al-Hakam, Amir Andalusia, mengundang sejumlah ahli fiqih di kediamannya. Ia sedang menghadapi masalah pelik. Pada siang hari bulan Ramadhan telah melakukan hubungan seksual dengan budak perempuannya. Saat itu ia benar-benar tidak sanggup menahan hasrat birahinya. Ia ingin bertanya kepada para ulama ahli fiqih bagaimana cara bertaubat dan membayar kafarat.

"Selain bertaubat kepada Allah dengan sungguh-sunguh, Engkau harus berpuasa dua bulan berturut-turut," kata seorang ulama bernama Yahya bin Yahya al- Laitsi.

Ulama-ulama yang lain diam saja mendengar jawaban Yahya tersebut. Tidak seorang pun menyanggahnya. Tetapi begitu keluar dari kediaman sang Amir, beberapa ulama menghampiri Yahya dan bertanya :

"Mengapa engkau tadi tidak memberikan fatwa berdasarkan Imam Malik? Sehingga ia bisa memilih tiga saksi secara berurutan : memerdekakan budak, atau memberikan makan sejumlah orang miskin, baru berpuasa selama dua bulan berturut-turut."

"Kalau itu yang aku sampaikan, keenakan dia, Mungkin setiap hari akan mengulangi perbuatannya itu, karena baginya memerdekakan budak itu masalah yang ringan. Aku sengaja pilihkan yang paling berat, supaya tidak mengulanginya lagi." jawab Yahya.

(Sumber : Kitab Wafyat al-A'yan oleh Ibnu Khalkan).

BAJU HAKIM DAN MENTRI


Menteri Ali bin Isa adalah sosok pejabat yang bersahaja dan kasar, tetapi ia suka memamerkan hal itu kepada setiap orang.

Suatu hari hakim -Abu Umar dengan mengenakan pakaian yang sangat bagus- menemui menteri Ali bin Isa di kantornya. Melihat itu timbul keinginan sang menteri untuk membikin malu sang hakim.

"Abu Umar, berapa engkau beli baju itu?" tanya sang menteri.

"Dua ratus dirham," jawab hakim.

"Tetapi jaket berikut baju yang aku kenakan ini aku beli hanya dua puluh dinar," kata menteri.

Seperti sudah dipersiapkan sebelumnya, sang hakim segera menjawab dengan ketus:

"Seorang menteri memang wajarlah berpakaian necis, itu bukan berlebihan. Tetapi semua orang tahu bahwa kalau kurang dari itu bukan berarti ia tidak mampu. Berbeda dengan kami yang harus berusaha keras agar selalu tampil necis. Soalnya sehari-hari kami bergaul dengan kalangan awam dan di hadapan mereka kami perlu bersikap lebih tinggi. Jadi kami perlu menegakkan wibawa di hadapan mereka."

Mendengar jawaban itu sang menteri bagai menelan batu. Ia hanya bisa diam saja.

(Sumber: Kitab Nasywal al-Muhadharat oleh at- Tanukhi)

TAERLALU PINTAR


Tanpa terasa, sudah satu tahun Abu Al-Aina' tinggal di Baghdad. Ia menikah dengan adik sepupunya sendiri. Waktu senggang ia mengajak jalan-jalan budaknya keliling kota baghdad. Disuatu tempat ia berkenalan dengan seorang wanita cukup cantik. Karena merasa tertarik, ia ingin menikahinya.

 

"Apa pendapatmu tentang wanita itu?" tanya Abu Al-Aina' kepada budaknya.
"Cukup menarik," jawab si budak.
"Bagaimana kalau aku menikah dengannya?"
Si budak menjawab, "Aku dukung."


Tak ayal, Abu Al-Aina' pun menikahi wanita itu dengan diam-diam sehingga tidak diketahui isterinya yang pertama.

Untuk sekedar merayakan pernikahan tersebut, Abu Al-Aina' menyuruh budaknya untuk membeli seekor ikan besar kesukaannya. Tidak lama kemudian, budak itu datang dengan membawa seekor ikan jenis lain.

"Tadi aku tidak menyuruhmu membeli jenis ikan seperti ini!" kata Abul Al-Aina' dengan kesal.
"Benar, Tuan. Tetapi, menurut dokter, ikan kesukaan Tuan itu kurang baik untuk kesehatan. Maka aku belikan jenis ikan yang penuh protein ini."
"Aku tak peduli dengan omongan dokter itu!" bentak Abul Al-Aina' marah.


Ia lalu bangkit mengambil cambuk, dan memukul budaknya sepuluh kali. Selesai memukul, budak itu merebut cambuk dan memukul Abul Al-Aina' tujuh kali seraya berkata, "Tuan, menurut agama, Tuan hanya diperbolehkan memukul tiga kali. Jadi kelebihan tujuh kali. Dari pada kelak Tuan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah, lebih baik aku balas sekarang: kasihan Tuan nanti."

Abul Al-Aina' marah mendengar itu. Karena kesal, ia banting budak itu sampai terluka. Sambil menahan rasa sakit, budak itu pulang menemui isteri pertama tuannya.

"Tuan puteri, sesungguhnya agama itu merupakan nasehat, dan Nabi SAW pernah bersabda, "Siapa menipu kami, ia bukan termasuk golongan kami." Aku beritahu Tuan Puteri, terus terang, suami Tuan Puteri telah menikah lagi dengan wanita lain. Aku diminta merahasiakannya, Tuan Puteri. Ketika aku bermaksud menceritakan ini kepada Tuan Puteri, ia malah menghajarku sampai terluka seperti ini."

Tak lama kemudian Abul Al-Aina' muncul. Istri-istrinya mendamprat habis-habisan, dan melarangnya masuk rumah. Terpaksa selama beberapa hari ia tinggal tak menentu. Demi kebaikan bersama, ia lalu menceraikan isterinya yang baru, kendati dengan berat hati.

Setelah hidup rukun kembali dengan isterinya, Abul Al-Aina' memutuskan untuk membebaskan budak itu agar ia hidup tenang dan tidak terganggu lagi. Namun setelah bebas, budak itu menemui Abul Al-Aina' untuk menuntut hak-haknya. Ia ingin menunaikan ibadah haji. Akhirnya Abul Al-Aina' membiayai semua keperluannya.

Dua puluh hari kemudian si budak muncul lagi.
"Kenapa kamu kembali?" tanya Abul Al-Aina'."


Di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba aku teringat firman Allah, "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah, sedang aku merasa tidak mampu. Aku lalu berfikir Tuanlah yang lebih berkewajiban. Itulah sebabnya aku kembali lagi," jawab budak itu.

Sebagai gantinya si budak ikut berperang. Abul Al-Aina' lagi-lagi menyiapkan segala perlengkapan dan bekalnya. Begitu budak itu pergi, ia langsung menjual semua harta miliknya, termasuk yang ada di Bashrah, lalu segera meninggalkan Baghdad karena takut si budak akan kembali lagi.

Sumber: Al-Muntazham fi Tarikh Al-Muluk wa Al-Umam, Ibnu Al-Jauzi

BULAN SABIT RAMADHAN


Orang-orang telah melakukan rukyat untuk menentukan permulaan bulan suci Ramadhan. Ternyata tidak seorang pun yang berhasil melihatnya kecuali Anas bin Malik Al-Anshari, seorang tokoh ahli hadits yang pada umur 10 tahun telah berkhidmat pada Nabi SAW. Pada waktu itu umur Anas sudah mendekati 100 tahun.

Hakim Iyas bin Mu'awiyah ingin menjadi saksinya.
Tunjukkan pada kami dimana letaknya," kata Iyas. Anas bin Malik menunjukkannya, namun semua yang hadir tidak bisa melihatnya.


Iyas berfikir sejenak. Tiba-tiba ia melihat sehelai rambut cambang berwarna putih menutupi sebelah mata orang tua tersebut. Ia mencoba menyibak serta meluruskannya.
"Sekali lagi, coba perlihatkan kepada kemi letak bulan sabit itu," pinta Iyas.
Anas memandang ke langit, kemudian berkata, "Aneh sekarang aku tidak melihat apa-apa."


Sumber: Sarah Al-Uyun fi Syarh Risalat Ibnu Zaidu, Ibnu Nubatah

DOA IBU


Seorang ahli ibadat dari Bani Israil bernama Juraij membuat tempat ibadah untuk melakukan ibadah-ibadahnya. Kemudian ibunya datang memanggilnya, "Hai Juraij!"

Ia menjawab, "Oh Tuhan, ibuku memanggil dan kami mau shalat," lalu ia mengerjakan shalat, maka ibunya pulang.

Kemudian keesokan harinya, ibunya datang lagi dan memanggil, "Hai Juraij."
Ia menjawab, "Oh Tuhan, ibuku memanggil dan kami mau shalat," lalu iapun melakukan shalat dan ibunya terus pulang.


Keesokan harinya ibu itu datang lagi dan memanggil, "Hai Juraij."
Ia menjawab, "Oh Tuhan, ibuku datang dan kami hendak shalat, maka ibunya jengkel hingga berdo'a:
"Jangan dimatikan anak kami ini sebelum ia melihat wajah perempuan lacur."


Orang-orang Bani Israil menyebut-nyebut tentang Juraij dan ibadahnya, tiba-tiba seorang perempuan lacur yang terkenal akan kecantikannya berkata, "Kalau kalian mau saya sanggup menggugurkan ibadahnya Juraij."

Kemudian perempuan itu merayu dan menggodanya, tetapi Juraij tidak memperdulikan sedikit pun hingga ia jengkel, lalu ia zina dengan seorang penggembala yang tidak jauh dari biaranya Juraij. Kemudian akhirnya ia hamil dan setelah ia melahirkan, berkata kepada orang-orang bahwa anak yang ia lahirkan adalah hasil dari hubungannya dengan Juraij. Maka orang-orang mendatangi biara Juraij dan mereka memaksanya turun, lalu dipukuli bersama-sama dan biaranya dihancurkan.

Ia bertanya, "Mengapa kalian berbuat begitu? Apa salahku?
Mereka menjawab, "Kamu telah berbuat zina dengan perempuan ini hingga ia melahirkan."
Ia bertanya, "Dimanakah sekarang bayinya?"


Maka mereka memberikan bayi itu kepadanya, lalu Juraij melakukan shalat. Kemudian dia mendekati bayi itu dan menekannya dengan jari-jarinya seraya berkata:
"Siapakah ayahmu?"
Tiba-tiba bayi itu menjawab, "Saya adalah anak si penggembala."


Ketika mereka mendengarkan omongan bayi itu, mereka lalu memeluk dan menciumi Juraij seraya berkata, "Sukakah kamu bila biaramu ini kami bangun dari emas?"

Juraij menjawab, "Tidak, kembalikan saja seperti sedia kala", kemudian mereka membangunnya.

GHASILUL MALAIKAT (ORANG YANG DIMANDIKAN MALAIKAT)


Mekah menggelegak terbakar kebencian terhadap orang-orang Muslim karena kekalahan mereka di Perang Badr dan terbunuhnya sekian banyak pemimpin dan bangsawan mereka saat itu. Hati mereka membara dibakar keinginan untuk menuntut balas. Bahkan karenanya Quraisy melarang semua penduduk Mekah meratapi para korban di Badr dan tidak perlu terburu-buru menebus para tawanan, agar orang-orang Muslim tidak merasa diatas angin karena tahu kegundahan dan kesedihan hati mereka.

Hingga tibalah saatnya Perang Uhud. Di antara pahlawan perang yang bertempur tanpa mengenal rasa takut pada waktu itu adalah Hanzhalah bin Abu Amir. Ayahnya adalah seorang tabib yang disebut si Fasik.

Hanzhalah baru saja melangsungkan pernikahan. Saat mendengar gemuruh pertempuran, yang saat itu dia masih berada dalam pelukan istrinya, maka dia segera melepaskan pelukan istrinya dan langsung beranjak untuk berjihad. Saat sudah terjun kekancah pertempuran berhadapan dengan pasukan musyrikin, dia menyibak barisan hingga dapat berhadapan langsung dengan komandan pasukan musuh, Abu Sufyan bin Harb. Pada saat itu dia sudah dapat menundukan Abu Sufyan, namun hal itu diketahui oleh Syaddad bin Al-Aswad yang kemudian menikamnya hingga meninggal dunia sebagai syahid.

Tatkala perang usai dimana kaum muslimin menghimpun jasad para syuhada dan akan menguburkannya, mereka kehilangan usungan mayat Hanzhalah. Setelah mencari kesana kemari, mereka mendapatkannya di sebuah gundukan tanah yang masih menyisakan guyuran air disana.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam mengabarkan kepada para shahabatnya bahwa malaikat sedang memandikan jasadnya. Lalu beliau bersabda, "Tanyakan kepada keluarganya, ada apa dengan dirinya?"

Lalu mereka bertanya kepada istrinya, dan dikabarkan tentang keadaannya sedang junub saat berangkat perang. Dari kejadian ini Hanzhalah mendapatkan julukan Ghasilul Malaikat (Orang yang dimandikan malaikat). Wallahu ta'ala 'alam

Sumber: Sirah Nabawiyah, Syeikh Shafiyyur Rahman Al Mubarakfury

HAKIM SYURAIH


Diceritakan, pada suatu hari putera hakim Syuraih berkata kepada ayahnya, "Ayah, aku punya masalah dengan seseorang. Tolong Ayah dengar dulu permasalahannya. Jika menurutmu aku yang benar, aku bermaksud membawanya ke pengadilan. Tetapi jika sebaliknya, aku akan menyelesaikannya secara damai."

Hakim Syuraih dan Puteranya

Setelah mendengar permasalahannya, hakim Syuraih tahu bahwa puteranya ada di pihak yang salah. Namun ia tidak memberitahukannya secara terus terang, bahkan sebaliknya, ia mendorong puteranya untuk maju ke pengadilan. "Perkarakan ia ke pengadilan," katanya.

Dalam sidang pengadilan, hakim Syuraih menyatakan puteranya kalah dalam perkara. Tentu saja ini membuat puteranya kecewa dan berang. Ia merasa ditipu oleh ayahnya sendiri. Begitu keduanya sama-sama tiba di rumah, sang putera menggerutu melampiaskan kekecewaannya. "Dengar puteraku, di dunia ini kamu adalah orang yang paling aku cintai; tetapi Allah jauh lebih aku cintai. Seandainya aku berterus terang bahwa kamu di pihak yang salah, aku khawatir kamu akan berdamai dengan cara menyuap orang yang sedang punya masalah denganmu: itu sama sekali tidak bisa dibenarkan, puteraku," jawab hakim Syuraih.

Sumber: Al-Thabaqat Al-Kubra, Muhammad bin Sa'ad

ISTRI KEDUA


Abdullah bin Syekh Hasan al Jibrati menikah dengan Fatimah binti Ramadhan Jalabi. Fatimah ini figur isteri yang baik dan berbakti. Di antara kebaikannya, ia biasa membelikan suaminya pakaian yang bagus-bagus dengan uangnya sendiri, demikian pula untuk membelikan pakaian serta perhiasannya sendiri.

Ia tidak pernah meminta uang kepada suami, atau menggunakan uang belanja keluarga. Begitu baiknya, sampai-sampai ia diam saja dan tidak merasa cemburu melihat suaminya suka membeli budak perempuan. Kesetiaannya tidak menjadi luntur; sama sekali tidak terpengaruh. Atas semua itu ia berharap beroleh balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah.

Pada tahun 1156 Hijriyah, Abdullah pergi haji. Di Mekah ia berkenalan dengan orang bemama Umar al Halbi. Ia dipesan untuk membeli seorang budak perempuan berkulit putih, masih perawan, dan bertubuh langsing. Pulang dari ibadah haji, ia mencari budak perempuan dengan ciri-ciri tersebut, dan cukup lama ia baru mendapatkannya.
Abdullah memperkenalkan budak perempuan yang baru dibelinya itu kepada isterinya. Tetapi sang istri sama sekali tidak tersinggung. Ia bahkan menganggapnya sebagai puterinya sendiri. Lama-kelamaan keduanya saling mencintai, dan tidak mau berpisah selamanya.


"Jadi bagaimana ini?" tanya Abdullah kepada isterinya.
"Begini saja,"jawab sang isteri, "Aku ganti uangnya, lalu kamu belikan budak yang lain."
"Baiklah," kata Abdullah setuju.


Oleh Fatimah, budak perempuan yang baru dibelinya itu dimerdekakan, dan dinikahkan dengan suaminya. Bahkan, ia menyediakan kamar tersendiri untuk madunya tersebut.

Pada tahun 1165 Abdullah memboyong isteri keduanya ini ke rumah sendiri. Tetapi, istri pertama tetap merasa berat untuk berpisah barang sesaat pun, meski ia telah memiliki beberapa orang anak.

Pada tahun 1182 isteri kedua jatuh sakit, lalu disusul oleh isteri pertama. Kian lama sakit keduanya kian parah. Tengah hari, isteri kedua memaksakan diri bangun dari pembaringan. Ia menangis melihat isteri pertama dalam keadaan pingsan. Ia berdoa, "Tuhan, jika Engkau takdirkan ia meninggal, jangan ia mendahuluiku."

Benar... Malamnya, isteri kedua itu meninggal dunia. Ia disemayamkan di samping isteri pertama. Saat menjelang subuh, ia siuman. Sambil meraba-raba ia membangunkan madunya. Namun, ia menjadi lunglai ketika diberitahu bahwa madunya sudah meninggal. Ia menangis melolong-lolong hingga tengah hari. Setelah ikut menyaksikan madunya dimandikan, ia pun kembali ke pembaringannya. Petang hari ia meninggal dunia, dan jenazahnya dimakamkan pada hari berikutnya.

Sumber: 'Aja'ib al Atsar, al Jibrati

KARENA IMAN


Pada zaman dahulu ada seorang raja yang mempunyai tukang sihir. Ketika tukang sihir itu telah menjadi tua, ia berkata kepada raja, "Wahai raja, saya telah tua, untuk itu kirimkanlah kepada saya seorang anak untuk mempelajari ilmu sihir agar nanti bisa menjadi pengganti saya bila saya meninggal."

Lalu raja memilih anak (Ghulam) untuk mempelajari ilmu sihir, dan adalah jalan yang dilalui oleh Ghulam ke rumah tukang sihir terdapat rahib (sang kyai jaman dahulu). Ghulam tertarik dengan rahib itu, hingga ia duduk untuk mendengarkan ajaran-ajarannya dan ia merasa puas.

Maka ia selalu terlambat untuk belajar pada tukang sihir, lalu ia dipukulinya. Kemudian ia mengadu kepada sang kyai, lalu sang kyai berkata:
"Kalau kamu dipukul tukang sihir, katakan kepadanya bahwa kamu masih disuruh ibumu, dan kalau kamu dimarahi oleh ibumu katakan kepadanya bahwa kamu ditahan oleh tukang sihir, maka hal itu berjalan dengan baik."


Pada suatu hari di jalan raya terdapat ular yang sangat besar, hingga jalan menjadi macet dan orang-orang sama ketakutan, lalu Ghulam maju sambil berkata, "Hari ini saya akan mengetahui, tukang sihirkah yang lebih besar ajarannya atau sang kyai."

Lalu ia mengambil batu dan dilemparkannya ke ular itu seraya berkata:
"Ya Allah, jika ajaran sang kyai yang benar daripada ajaran tukang sihir, maka matikanlah ular ini supaya orang-orang bisa berjalan dengan aman." Maka ular itu pun mati dan orang-orang bisa meneruskan perjalanannya.


Hal itu ia ceritakan kepada sang kyai, lalu sang kyai berkata, "Wahai anakku, kini kamu lebih hebat daripadaku, dan kamu akan mendapat ujian yang sangat berat, maka jika hal itu telah datang, kamu jangan sekali-kali menyebut nama saya."

Ghulam mendapat karunia dari Allah hingga ia dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti buta, belang dan lain-lainnya.

Salah seorang kawan raja ada yang buta; ia telah berobat ke mana saja tetap belum juga sembuh, lalu dia datang kepada Ghulam dengan membawa hadiah-hadiah yang banyak, ia berkata, "Jika kamu dapat menyembuhkan, maka seluruh permintaanmu akan kami penuhi."
Ghulam menjawab, "Saya tidak dapat menyembuhkan, yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah, kalau tuan mau beriman kepada Allah, maka saya akan berdo'a untuk kesembuhan tuan."


Lalu ia beriman kepada Allah, setelah Ghulam berdo'a kepada Allah, seketika itu juga mata orang itu menjadi sembuh.

Kemudian orang itu mendatangi raja, lalu kagum kepadanya seraya bertanya:
"Siapakah yang telah menyembuhkan matamu?"

IBRAHIM BIN ADAM

            Ibrahim bin Adham adalah seorang pezuhud pada zamannya. Pada masa mudanya selalu melakukan kesalahan dan dosa, tetapi di dalam hati kecilnya selalu mencintaai Allah.

Suatu hari ia pergi ke pasar dan mendapatkan secarik kertas tergeletak di jalan. Sebelum ia menemukan kertas itu, orang-orang yang keluar masuk pasar menginjak-injak kertas itu.

            Ketika ia melihatnya, ternyata kertas itu bertuliskan nama Allah, ia pun menangis dan berkata, "Subhanallah, nama-Mu diremahkan di sini. Tidak demi Allah." Kemudian ia mengambil kertas itu dan membersihkannya. Kemudian kertas itu ia letakkan di tempat yang tinggi di rumahnya.

            Suatu hari ia mendengar suara dari kejauhan, "Wahai orang yang membersihkan dan mengagungkan nama Allah, niscaya Allah akan mengagungkan namamu juga." Allah kemudian memberinya petunjuk kearah taubat nasuha. Dan akhirnya ia pun menjadi salah seorang pezuhud Islam yang tersohor. Kita berharap kepada Allah semoga kita dijadikan seperti itu.    

TAK BERMANFAAT


Ketika berada di Kordoba, suatu hari aku berjalan -jalan di sebuah los pasar yang menjual buku. Aku menemukan buku yang sudah lama aku cari. Aku gembira sekali. Bahkan saking gembiranya, buku itu aku bayar lebih dari harga yang semestinya. Saat akan menyerahkan uang , tiba-tiba datang seorang berpakaian necis langsung membayar lebih mahal untuk buku tersebut. Sejenak aku terkesiap. Aku dekati dia.

"Maaf. Tuan pasti seorang ulama besar. Kalau memang sangat membutuhkan buku itu, biar untuk Tuan saja sekalipun aku telah membayarnya lebih dari harganya," kataku.

"Aku bukan seorang ulama. Bahkan aku tidak banyak tahu tentang ilmu agama. Aku hanya gemar mengoleksi buku-buku supaya terkesan sebagai ulama atau setidaknya orang yang terpelajar. Mengingat rak bukuku masih ada yang kosong, dan tampaknya buku ini isinya bagus, maka aku beli berapapun harganya. Syukur Allah SWT menganugerahkan kepadaku rizki yang cukup banyak," katanya.

Dengan kesal aku berkata :

"Baiklah, orang seperti Tuan ini memang layak mendapat rizki berlimpah. Tetapi Tuan tak ubahnya orang ompong yang diberi buah pala. Biarlah, karena kemiskinan, aku gagal mendapatkan buku bermutu yang amat berguna bagiku."

(Sumber: Kitab Nafhu al-Thayib, al-Muqri al-Til)

WANITA BERPERANG


Dalam suatu pertemuan penting, Muhammad bin Mubasyir, menteri urusan perang, diprotes oleh Mundzir bin Abduirahman, seorang ulama ahli ilmu nahwu, karena sang menteri pernah menyerukan kaum wanita ikut perang.

"Bagaimana engkau menyuruh kaum wanita ikut berperang bersama-sama laki-laki?"

Dengan pura-pura tidak paham, sang menteri memutarkan protes tersebut dan menjawab lain:

"Seumur hidup, baru kali ini aku mendengar saran yang begitu kejam. Allah saja menyuruh wanita supaya tetap tinggal di rumah, tetapi kenapa kamu malah menganjurkan supaya ikut berperang?"

Sumber: Thabaqat Al-Nahwiyyin wa Al-Lughawiyyin, Az-Zubaidi Al-Andalusi

MIMPI HASAN BASRI


Antara Hasan Al-Bashri dan Ibnu Sirin ada rasa sentimen. Keduanya tidak mau saling menyapa. Setiap kali mendengar orang lain menyambut nama Ibnu Sirin, Hasan Al-Bashri merasa tidak suka: "Jangan sebut nama orang yang berjalan dengan lagak sombong itu di hadapanku," katanya.

Pada suatu malam Hasan Al Bashri bermimpi seolah-olah ia sedang bertelanjang di kandang binatang sambil membuat sebatang tongkat. Pagi hari ketika ia bangun, ia merasa bingung dengan mimpinya itu. Tiba-tiba ia ingat bahwa Ibnu Sirin, yang kurang ia sukai, adalah orang yang pandai menafsirkan mimpi.

Merasa malu dan gengsi bertemu sendiri, ia lalu meminta tolong seorang teman dekatnya, "Temui Ibnu Sirin, dan ceritakan mimpiku ini seakan-akan kamu sendiri yang mengalami," pesannya.

Teman dekat Hasan Al-Bashri itu segera menemui Ibnu Sirin. Begitu selesai menceritakan isi mimpi tersebut, Ibnu Sirin langsung berkata, "Bilang pada orang yang mengalami mimpi ini, jangan menanyakannya kepada orang yang berjalan dengan lagak sombong. Kalau berani suruh ia datang sendiri kemari."

Mendengar laporan yang disampaikan temannya ini, Hasan Al-Bashri kesal. Ia bingung, dan merasa tertantang. Setelah berfikir sejenak, akhirnya ia memutuskan untuk bertemu langsung dengan Ibnu Sirin. Ia tidak peduli dengan rasa malu atau gengsi.

"Antarkan aku ke sana," katanya. Begitu melihat kedatangan Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin menyambutnya dengan baik. Setelah saling mengucap salam dan berjabat tangan, masing-masing lalu mengambil tempat duduk yang agak berjauhan.

"Sudahlah, kita tidak usah berbasa-basi: langsung saja, aku bingung memikirkan dan menafsirkan sebuah mimpi," kata Hasan Al-Bashri. "Jangan bingung," kata Ibnu Sirin." Telanjang dalam mimpimu itu adalah ketelanjangan dunia. Artinya, engkau sama sekali tidak bergantung pada-nya karena engkau memang orang yang zuhud. Kandang binatang adalah lambang dunia yang fana itu sendiri. Engkau telah melihat dengan jelas keadaan yang sebenarnya. Sedangkan sebatang tongkat yang engkau buat itu adalah lambang hikmah yang Anda katakan, dan mendatangkan manfaat bagi banyak orang."

Sesaat Hasan Al-Bashri terkesima: ia kagum pada kehebatan Ibnu Sirin sebagai ahli penafsir mimpi, dan percaya sekali pada penjelasannya.

"Tetapi bagaimana engkau tahu kalau aku yang mengalami mimpi itu?" tanya Hasan al-Bashri. "Ketika teman engkau menceritakan mimpi tersebut kepadaku, aku berfikir, menurutku, hanya engkau yang pantas mengalaminya," jawab Ibnu Sirin.

Sumber: Wafyat Al-A'yan, Al-Shafadi

MUTASI


Suatu hari Khalifah Al-Ma'mun didatangi serombongan warga yang bermaksud mengadukan gubernur mereka.

"Kalian jangan macam-macam kepadanya. Aku tahu persis beliau gubernur yang baik dan berlaku adil pada kalian," kata Khalifah.

Sesepuh warga yang ditunjuk sebagai pemimpin maju ke depan dan berkata:

"Amirul mukminin, apa artinya kecintaan ini bagi kami jika tidak dinikmati juga oleh rakyat yang lain? Selama lima tahun ia telah memimpin kami dengan baik dan adil. Karena itu mutasikan ke wilayah lain agar keadilannya bisa dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat."

Mendengar itu Khalifah tertawa sambil meninggalkan mereka.

(Sumber : Kitab al-Ishabat fi Tamyiz al-Shahabat oleh Ibnu Hajar al-Asqalani).

PENCURI SEMANGKA


Khalifah Al-Mu'tadhid dari dinasti Abasiyah adalah figur pemimpin yang terbuka. Ia mempersilakan rakyat untuk mengkritiknya kalau ia memang salah, terutama dalam memimpin mereka.

"Tuan, sebenarnya sudah lama ada ganjalan dalam hati yang ingin saya ajukan pada Tuan," kata seorang warga bernama Ibnu Hamdun Al-Nadim. "Kenapa kamu menundanya sampai sekarang?" tanya Khalifah. "Saya minder, Tuan: tidak berani menyampaikannya," jawab Ibnu Hamdun.

"Sekarang katakan, dan jangan takut." "Begini, Tuan: beberapa waktu lalu Tuan berkunjung ke wilayah Parsi; beberapa anak kecil tertangkap tangan mencuri buah semangka di sebuah ladang; Tuan lalu menyuruh memukul dan menahan mereka. Bahkan tidak cuma itu, Tuan memerintahkan untuk menyalib mereka. Padahal kesalahan mereka tidak sampai dituntut hukuman sekejam itu."

Dengan sabar Khalifah menjelaskan duduk persoalannya, "Jadi kamu kira yang disalib itu anak-anak? Lalu bagaimana aku harus mempertanggungjawabkan kepada Allah pada hari kiamat nanti kalau aku pernah menyalib anak-anak karena mereka mencuri semangka? Sebenarnya aku hanya ingin membasmi para penyamun yang memang harus dihukum mati. Sebagai taktik, anak-anak itu pura-pura disalib setelah terlebih dahulu mengenakan jaket dan cadar supaya tidak kentara. Dengan melihat mereka, para penyamun pasti gentar dan berfikir:

'Kalau karena mencuri semangka saja anak-anak sampai dihukum salib, bagaimana dengan kejahatan-kejahatan yang biasa kami lakukan?' Jadi itu hanya sekedar sandaiwara saja."

Sumber: Fawat Al-Wafyat, Syakir Al-Kabi

UANG BERANAK


Seorang anak perempuan datang kepada Asy'ab untuk menitipkan uang satu dinar. Oleh Asy'ab uang itu disimpan di bawah kasur. Di sampingnya ia taruh pula uang satu dirham. Beberapa hari kemudian anak perempuan itu kembali lagi untuk mengambil uangnya.

"Mana uangku satu dinar?" tanyanya.

"Itu aku simpan di bawah kasur. Malahan sudah beranak satu dirham," jawab Asy'ab.

Anak perempuan tadi hanya mengambil yang satu dirham. Sementara uang yang satu dinar ia tinggalkan dengan harapan akan beranak lagi. Selanjutnya Asy'ab meletakkan lagi uang satu dirham di bawah kasur. Bebeberapa hari kemudian anak perempuan itu datang. Ia merasa senang mendapati uangnya beranak satu dirham lagi. Kejadian itu berulang sampai empat kali. Saat kedatangannya yang kelima ia terperanjat dan heran melihat Asy'ab menangis. Ia menghampirinya.

"Kenapa kamu menangis?" tanyanya.

"Dinarmu meninggal dunia ketika melahirkan?" jawab Asy'ab.

"Bagaimana dinar bisa meninggal?" tanyanya.

"Dasar perempuan tolol! Kalau kamu percaya ia dapat melahirkan, kenapa tidak percaya ia bisa meninggal?!" kata Asy'ab.

(Sumber Nihayat al-Arb oleh an-Nuwairi)

SULTAN BUWAIHI


Seorang pemuda tiba di Baghdad dalam perjalanannya menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Ia membawa seuntai kalung senilai seribu dinar. Ia sudah berusaha keras untuk menjualnya, namun tidak seorang pun yang mau membelinya. Akhirnya ia menemui seorang penjual minyak wangi yang terkenal baik, kemudian menitipkan kalungnya. Selanjutnya ia meneruskan perjalanannya.

Selesai menunaikan ibadah haji ia mampir di Baghdad untuk mengambil kembali kalungnya. Sebagai ucapan terima kasih ia membawa hadiah untuk penjual minyak wangi itu.

"Saya ingin mengambil kembali kalung yang saya titipkan. Dan ini sekedar hadiah buat Anda," katanya.

"Siapa kamu? Dan hadiah apa ini?" tanya penjual minyak wangi.

"Aku pemilik kalung yang dititipkan pada Anda," jawabnya mengingatkan.

Tanpa banyak bicara, penjual minyak wangi menendangnya dengan kasar, sehingga ia hampir jatuh terjerembab dari teras kios, seraya berkata :

"Sembarangan saja kamu menuduhku seperti itu."

Tidak lama kemudian orang-orang berdatangan mengerumuni pemuda yang malang itu. Tanpa tahu persoalan yang sebenarnya, mereka ikut menyalahkannya dan membela penjual minyak wangi.

"Baru kali ada yang berani menuduh yang bukan-bukan kepada orang sebaik dia," kata mereka.

Laki-laki itu bingung. Ia mencoba memberikan penjelasan yang sebenarnya. Tetapi mereka tidak mau mendengar. Bahkan mereka mencaci maki dan memukulinya sampai babak belur dan jatuh pingsan. Begitu siuman, ia melihat seorang berada di dekatnya.

"Sebaiknya kamu temui saja Sultan Buwaihi yang adil. Ceritakan masalahmu apa adanya. Saya yakin ia akan menolongmu," kata orang yang baik itu.

Dengan langkah tertatih-tatih pemuda malang ini menuju kediaman Sultan Buwaihi. Ia ingin meminta keadilan. Ia menceritakan dengan jujur semua yang telah terjadi.

"Baiklah, besok pagi-pagi sekali pergilah kamu menemui penjual minyak wangi itu di tokonya. Ajak ia bicara baik-baik. Jika ia tidak mau, duduk saja di depan tokonya sepanjang hari dan jangan bicara apa-apa dengannya. Lakukan itu sampai tiga hari. Sesudah itu aku akan menyusulmu. Sambut kedatanganku biasa-biasa saja. Kamu tidak perlu memberi hormat padaku kecuali menjawab salam serta pertanyaan-pertanyaanku," kata Sultan Buwaihi.

Pagi-pagi buta pemuda itu sudah tiba di toko penjual minyak wangi. Ia minta izin ingin bicara, tetapi ditolak. Maka seperti saran Sultan Buwaihi, ia lalu duduk di depan toko selama tiga hari, dan tutup mulut. Pada hari keempat, Sultan datang dengan rombongan pasukan cukup besar.

"Assalamu'alaikum," kata Sultan.

"Wa'alaikum salam," jawab pemuda acuh tanpa gerak.

"Kawan, rupanya kamu sudah tiba di Baghdad. Kenapa Anda tidak singgah di tempat kami? Kami pasti akan memenuhi semua kebutuhan Anda," kata Sultan.

"Terima kasih," jawab pemuda itu acuh, dan tetap tidak bergerak.

Saat Sultan terus menanyai pemuda ini, rombongan pasukan yang berjumlah besar itu maju merangsak. Karena takut dan gemetar melihatnya, si penjual minyak wangi jatuh pingsan. Begitu siuman, keadaan di sekitarnya sudah lengang. Yang ada hanya sang pemuda, yang masih tetap duduk tenang di depan toko. Penjual minyak wangi menghampirinya dan berkata :

"Sialan! Kapan kamu titipkan kalung itu kepadanya? Kamu bungkus dengan apa barang tersebut? Tolong bantu aku mengingatnya. Si Pemuda tetap diam saja. Ia seolah tidak mendengar semuanya. Penjual minyak wangi sibuk mondar-mandir kesana kemari mencarinya. Sewaktu ia mengangkat dan dan membalikkan sebuah guci, tiba-tiba jatuh seuntai kalung.

"Ini kalungnya. Aku benar-benar lupa. Untung kamu mengingatkan aku," katanya.

(Sumber : Kitab Akhbar Adzkiya oleh Ibn al-Jauzi).

 

PERCAKAPAN MUSA DAN TUHANNYA


Musa as: "Oh Tuhan, ajarilah kami sesuatu yang dapat kami gunakan untuk berzikir dan berdoa kepada Engkau."

Tuhan: "Ucapkan Laa Ilaaha Illallaah hai Musa!"

Musa as: "Oh Tuhan, semua hamba-Mu telah mengucapkan kalimat itu."

Tuhan: "Hai Musa, andaikan langit yang tujuh beserta seluruh penghuninya selain Aku, dan bumi yang tujuh ditimbang dengan Laa Ilaaha Illallaah, niscaya masih berat Laa Ilaaha Illallaah."

PERISAI WUKUF


Seorang lelaki sedang melakukan ibadah wuquf di padang Arafah. Di tangannya menggenggam tujuh batu sebagai kesaksian terhadap Allah dan Rasulnya. Menjelang tidur, lelaki itu mengucapkan kalimah syahadah, "Asyhadu Anlaa Ilaaha Illallaah wa Ashadu Anna Muhammadar Rasulullah."

Dalam mimpinya itu dia digiring malaikat masuk ke neraka. Malaikat bagian adzab sudah berusaha melempar lelaki itu ke neraka, namun tak kuasa karena di tangan lelaki itu terdapat sebuah batu ketika dia melakukan wuquf.

Kemudian malaikat menggiringnya ke pintu neraka yang lain, lagi-lagi malaikat itu tidak mampu melempar lelaki itu ke neraka. Batu yang digenggam di tangannya menjadi penghalang lelaki itu masuk ke neraka. Begitu seterusnya sampai tujuh pintu neraka tetap tertutup untuk lelaki itu.

Diceritakan dalam mimpi itu, lalu malaikat menggiringnya ke bawah Arsy. Malaikat melapor kepada Allah. "Ya Allah, kami tidak berdaya melemparkan hamba-Mu yang satu ini ke neraka. Tentunya Engkau lebih tahu akan urusan hamba-Mu ini," kata malaikat.

Maka kata Allah kepada lelaki itu, "Hai hamba-Ku, batu-batu yang kau pergunakan untuk bersaksi dengan kalimat syahadat ketika engkau menjalankan ibadah wuquf itulah yang menolongmu. Ia tidak menyia-nyiakan hakmu, bagaimana aku akan menyia-nyiakan hakmu? Aku juga mnyaksikan syahadat itu. Malaikat, bawalah hamba ini ke dalam surga!"

Ketika malaikat membawanya ke surga, pintunya sedang tertutup. Kemudian datanglah persaksian "Laa Ilaaha Illallaah" maka terbukalah pintu surga itu dan masuklah lelaki itu ke dalam surga.

PETI UMMUL BANNIN


Diceritakan Ummul Banin Abdul Aziz bin marwan, isteri Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik, pernah jatuh cinta kepada seorang penyair Yaman bernama Wadlah yang berwajah cukup tampan.

Atas undangan rahasia Ummul Banin, penyair Yaman itu datang menemuinya di rumah, saat itu Khalifah Al-Walid sedang bepergian. Merasa takut ketahuan, ia menyembunyikan Wadlah di dalam sebuah peti lalu menutupnya rapat-rapat. Namun, mendadak seorang pelayan masuk dan sempat melihat ada seorang laki-laki dalam sebuah peti. Ia pura-pura tidak tahu.

Kebetulan Khalifah Al Walid tiba. Pelayan itu langsung melapoorkan apa yang baru saja dilihatnya. Semula sang Khalifah tidak percaya.

"Tuan Amirul Mukminin buktikan sendiri," kata pelayan.

Khalifah Al-Walid masuk ke kamar dan mendapati isterinya sedang menyisir rambut sambil duduk di atas sebuah peti.

"Isteriku, aku ingin memeriksa peti-peti di kamar ini," kata Khalifah.

"Silakan, peti-peti ini memang milikmu, Amirul Mukminin."

"Tetapi aku hanya ingin satu peti saja."

"Silakan mana yang engkau inginkan. Ambillah."

"Peti yang kamu duduki itu."

Ummul Banin terperangah mendengarnya. Sekujur tubuhnya terasa gemetar. Dan perasaannya kalut. Namun ia mencoba untuk menutupi semua itu.

"Yang lainnya malah lebih baik. Lagi pula di peti yang satu ini ada barang-barang keperluanku."

"Aku menginginkan yang satu ini saja."

"Ambillah, kalau begitu."

Khalifah Al-Walid segera memerintahkan seorang pelayan untuk mengangkat peti tersebut ke halaman belakang istana, dan meletakkannya di bibir sumur tua. Dari jauh Ummul Banin menatap sedih sambil menangis. Ia tidak berani mendekat. Ia tidak tahu nasib apa yang akan menimpa laki-laki simpanannya itu. Hatinya gundah gulana.

Pelan-pelan Khalifah Al-Walid menghampiri peti tersebut. Sebenarnya ia sangat marah, namun ia berusaha menahannya.

"Hai orang yang ada didalam peti, kalau berita yang kami dengar adanya, berarti kami menguburmu berikut kenangan manismu untuk selamanya. Tetapi jika kabar itu bohong, berarti kami hanya mengubur kayu," kata Khalifah sambil melemparkan peti ke dasar sumur.

Setelah menyuruh menimbunnya dengan pasir sampai rata dengan tanah, Khalifah masuk ke istana. Sejak itu penyair Yaman bernama Wadlah tidak pernah tampak. Dan Ummul Banin tidak melihat ada kemarahan pada wajah suaminya sampai kematian memisahkan mereka berdua.

(Sumber : Kitab Wafyat al-A'yan oleh Ibnu Khalkan).

RUKANAH ....


Ganti menyombongi orang yang sombong itu kadang juga perlu: maksudnya agar orang yang sombong itu tak berlarut-larut dalam kesombongannya. Ini pernah dilakukan Rasulullah SAW kepada rukanah orang Quraisy yang kelewat sombong.

Sebagai pegulat, Rukanah memang seorang jagoan. Pernah sepuluh orang lawannya dikalahkan Rukanah sendiri. Kesombongannya pernah ditunjukkan ketika bertemu dengan Nabi SAW, "Hai Muhammad, beranikah engkau melawan aku?," tantangnya. "Mengapa pula aku takut kepadamu Rukanah; silakan kalau ingin mencobanya," jawab Nabi.

Maka terjadilah pergulatan seru antara Rukanah melawan Rasulullah SAW. Meski Rukanah terkenal sebagai jagoan gulat, anehnya ia tak mampu mengalahkan Nabi. Saat Rukanah terpepet, Rasulullah SAW mengangkat tubuhnya yang kekar itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya kemudian melemparkan tubuh Rukanah ke tanah berbatu. Dengan menahan sakitnya Rukanah mengakui kekuatan Nabi.

"Sungguh, aku kagum atas kekuatan Muhammad," ujarnya dengan nafas terengah.
"Ah itu belum seberapa Rukanah, lihatlah pohon itu," ujar Rasulullah SAW kepada Rukanah. pohon yang besar itu tiba-tiba roboh sendiri dan mendekati Nabi cuma dengan perintah telunjuk tangannya.


Setelah menunjukkan kelebihannya itu, Rasulullah SAW memerintahkan pohon itu ke tempat asalnya. Semua itu terjadi sebagai mukjizat atas izin Allah SWT.

"Sesuatu yang ajaib. Belum perpernah aku melihat penyihir yang hebatnya melebihi sihirmu", kata Rukanah.

Dasar orang kafir yang sombong, Rukanah menganggap apa yang terjadi itu sebagai sihir belaka sehingga Rukanah tetap dalam kesombongan dan kekafirannya.

Rukanah mengakui kehebatan yang dilakukan Rasulullah SAW, tetapi ia menganggap semua itu karena kekuatan sihir dan karena bukan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi. Rupanya, Allah masih belum membuka iman Rukanah yang sombong dan kafir itu. Memang hanya Allahlah yang bisa membuka iman seseorang.

OBAT


Suatu hari Junaid Al-Banghdadi sakit mata. Ia diberitahu oleh seorang tabib, jika ingin cepat sembuh jangan sampai matanya terkena air.

Ketika tabib itu pergi, ia nekad berwudhu membasuh mukanya untuk shalat kemudian tidur. Anehnya, sakit matanya malah menjadi sembuh. Saat itu terdengar suara "Junaid menjadi sembuh matanya karena ia lebih ridha kepada-Ku. Seandainya ahli neraka minta kepada-Ku dengan semangat Junaid niscaya Aku luluskan permintaannya." Kata suara itu.

Tabib yang melihat mata Junaid sembuh itu menjadi keheranan, "Apa yang telah engkau lakukan?"

"Aku telah membasuh muka dan mataku kemudian shalat", ujarnya.

Tabib itu memang beragama Nashrani, dan setelah melihat peristiwa itu, dia beriman. "Itu obat dari Tuhan yang menciptakan sakit itu. Dia pulalah yang menciptakan obatnya. Aku ini sebenarnya yang sakit mata hatiku, dan Junaidlah tabibnya."

ADAB BICARA DENGAN BOS


Setelah lama menghilang, pada suatu hari Al-Ashmu'i, seorang ulama ahli bahasa cukup terkenal, datang ke istana Khalifah Harun Ar-Rasyid yang sedang menerima banyak tamu.

Puas mengobrol kesana kemari, khalifah bertanya serius:

"Al-Ashmu'i, bagaimana dengan kamu sepeninggalku nanti?"

"Entahlah. Mungkin tidak ada lagi bagiku tanah untuk berpijak," jawab Al-Ashmu'i.

Sang khalifah tersenyum mendengar jawaban itu, kendati sebenarnya ia tidak paham apa maksudnya. Ketika para tamu sudah pulang, khalifah menghampiri Al-Ashmu'i, dan bertanya: "Apa maksud jawabanmu tadi?"

"Maksudku, jika nanti yang mulia meninggal dunia, ingin rasanya aku segera menyusul," jawab Al-Ashmu'i.

"Bagus," kata khalifah. "Tetapi lain kali jika sedang berada di hadapan orang banyak, berbicaralah padaku yang jelas supaya aku paham. Tidak seperti tadi. Maka sekarang aku meminta kamu menjelaskan padaku. Tidak baik kalau khalifah sampai menjadi tontonan orang banyak karena tidak paham maksud pembicaraan lawan bicaranya."

Al-Ashmu'i, lalu mohon pamit. Sesampainya di pintu gerbang istana ia menggerutu dalam hati: "Tidak seperti biasanya, hari ini khalifah mengajarkan padaku lebih banyak dari yang aku ajarkan padanya."

( Sumber : Akhbar An-Nahwiyyin Al-Bashriyyin oleh Abu Sa'id As-Sairafi ).

MUKJIZAT


Pada zaman Khalifah Abu Husain bin Sa'ad, di kota Ishfahan, seorang lelaki mengaku-ngaku sebagai Nabi. Tentu saja ia segera ditangkap oleh pihak keamanan, lalu dihadapkan ke sidang pengadilan yang dihadiri sejumlah ulama dan pejabat tinggi pemerintah.

"Siapa kamu?" tanya hakim.

"Seorang nabi yang diutus," jawab lelaki itu.

"Setiap nabi pasti punya tanda mukjizat," kata hakim.

"Benar, aku bahkan punya mukjizat yang belum pernah dimiliki oleh nabi atau rasul-rasul terdahulu sebelumku," jawabnya.

"Coba buktikan," kata hakim.

"Siapa diantara kalian yang punya isteri, puteri atau saudara perempuan cantik, bawa ia kemari. Aku akan membuatnya mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki seketika," jawabnya.

Terpengaruh oleh ucapan yang meyakinkan itu, Abu Husain bin Sa'ad percaya dan buru-buru berkata: "Aku percaya anda memang seorang nabi, maafkan aku."

Tetapi seorang ulama maju ke depan dan berkata: "Sayang aku tidak punya wanita yang kamu maksudkan. Tetapi sebagai gantinya aku punya seekor kambing betina yang cukup molek. Tolong bikin dia bunting untukku."

Laki-laki yang mengaku-ngaku sebagai nabi langsung bangkit dan pergi.

"Mau ke mana kamu?" tanya hakim.

"Aku mau menemui Jibril. Akan aku beritahu ia bahwa orang-orang di sini menginginkan seekor anak kambing, dan tidak membutuhkan seorang nabi," jawabnya sambil terus pergi.

( Sumber : Kitab Mu'jam al-Adibba' oleh Yaqut ).

BEFIKIRLAH SEBELUM BICARA (LOL)


"Kalau kamu hendak membicarakan sesuatu pakai dahulu otakmu. Pikirkan dengan matang. Setelah itu baru katakan dengan kalimat yang baik dan benar."

Pada suatu hari di musim hujan, keduanya sedang duduk-duduk santai di dekat api unggun di rumahnya. Tiba-tiba sepercik api mengenai jubah tenunan dari sutera yang dikenakan sang ayah. Peristiwa itu dilihat putranya, namun ia diam saja. Setelah berpikir beberapa saat barulah ia membuka mulut.

"Ayah, aku ingin mengatakan sesuatu. Bolehkah?" tanyanya.

"Kalau menyangkut kebenaran katakan saja," jawab sang ayah.

"Ini memang menyangkut kebenaran."

"Silakan."

"Aku melihat benda panas berwarna merah,"

"Benda apa itu?"

"Sepercik api mengenai jubah ayah."

Seketika itu sang ayah melihat jubah yang sebagian sudah hangus terbakar.

"Kenapa tidak segera kamu beritahukan kepadaku?"

"Aku harus berikir dahulu sebelum mengatakannya, seperti apa yang anda nasihatkan kepadaku tempo hari," jawab putranya dengan lugu.

Sejak itu ia berjanji akan lebih berhati-hati dalam memberikan nasihat pada putranya. Ia tidak ingin peristiwa pahit seperti itu terulang lagi.

(Sumber: Kitab Nafhu al-Thayib, al-Muqri al-Til)

KELEDAI LANGKA


Diceritakan oleh al-Haistam bin Adi:

Di sudut pasar ternak di kota Kuffah, seorang lelaki buta menghampiri seorang makelar ternak.

"Tolong bantu carikan aku seekor keledai yang bertubuh tidak terlalu kecil, tetapi juga tidak terlau besar, yang berlari cepat di jalan sepi, yang bersabar jika kekurangan makan, yang mau berterima kasih jika makanannya berkecukupan , yang bersemangat jika aku naiki sendiri dan yang tidur jika dinaiki orang lain," katanya.

"Sabar kawan. Nanti jika Allah SWT telah mengubah muka seorang hakim menjadi keledai , insya-Allah SWT kamu akan mendapatkan keledai yang kamu inginkan itu." Jawab makelar ternak.

(Sumber: Kitab al-'Iqd al-Farid oleh Ibnu Abdi Rabbih)

SI RAKUS


Dahulu ada seorang lelaki yang datang kepada nabi Isa AS, ia ingin sekali bersahabat dengan beliau, karena itu ia berkata, "Baiklah kalau demikian."

Pada suatu hari berjalanlah keduanya di tepi sungai dan makanlah berdua tiga potong roti: Nabi Isa a.s. satu potong dan satu potong untuk orang itu, sisa satu potong. Ketika Nabi Isa a.s. pergi minum ke sungai, kemudian kembali, roti yang sepotong itu tidak ada, lalu beliau bertanya kepada sahabatnya:

"Siapakah yang telah mengabil sepotong roti?"
Jawab sahabat itu, "Aku tidak tahu."


Maka berjalanlah keduanya, tiba-tiba melihat rusa dengan kedua anaknya, maka dipanggillah salah satu dari anak rusa itu lalu disembelihnya dan dibakar. Kemudian dimakan berdua, lalu Nabi Isa a.s. menyuruh anak rusa yang telah dimakan itu supaya hidup kembali maka hiduplah ia dengan izin Allah, kemudian Nabi Isa a.s. bertanya:

"Demi Allah, yang memperlihatkan kepadamu bukti kekuasaan-Nya itu, siapakah yang mengambil sepotong roti itu?"
Jawab sahabatnya, "Aku tidak tahu."


Kemudian keduanya meneruskan perjalanan hingga sampai ke tepi sungai, lalu Nabi Isa a.s. memegang tangan sahabatnya itu dan mengajaknya berjalan hingga sampai ke seberang, lalu ditanyalah sahabatnya itu sekali lagi:

"Demi Allah, yang memperlihatkan kepadamu bukti ini, siapakah yang mengambil sepotong roti itu?" Sahabat itu menjawab, "Aku tidak tahu."

Kemudian berjalanlah keduanya ketika berada di hutan dan keduanya sedang duduk-duduk, Nabi Isa a.s. mengambil tanah dan kerikil (anak batu), lalu diperintahkan: "Jadilah emas dengan izin Allah."

Maka dengan tiba-tiba tanah dan kerikil itu berubah menjadi emas, lalu dibagi menjadi tiga bagian, kemudian beliau berkata:

"Untukku sepertiga, dan kamu sepertiga, sedang sepertiga ini untuk orang yang mengambil roti." Serentak sahabat itu menjawab: "Akulah yang mengambil roti itu." Nabi Isa AS berkata, "Maka ambillah semua bagian ini utkmu." Lalu keduanya berpisah.

Kemudian orang itu didatangi oleh dua orang yang akan merampok harta itu dan membunuhnya lalu orang itu (sahabat Isa a.s.) berkata, "Lebih baik kita bagi tiga saja." Tiga orang itu menjadi setuju, lalu menyuruh salah seorang pergi ke pasar berbelanja makanan, maka timbul perasaan orang yang berbelanja itu, dan berkata dalam hatinya, "Untuk apa kita membagi harta, lebih baik makanan ini saya isi racun saja biar keduanya mati, dan ambil semua harta itu."

Lalu diberinya racun makanan itu. Sementara orang yang tinggal itu berkata, "Untuk apa kita membagi harta ini, lebih baik jika ia datang, kita bunuh saja, lalu harta itu kita bagi dua."

Maka ketika datang orang yang berbelanja itu, segera dibunuh oleh keduanya, lalu hartanya dibagi menjadi dua, kemudian keduanya makan dari makanan yang telah diberi racun itu, maka matilah keduanya, dan tinggallah harta itu di hutan, sedang mereka mati di sekitar harta itu.

Kemudian ketika Nabi Isa a.s. berjalan di hutan dan menemukan (melihat) hal itu, maka ia pun berkata kepada sahabat-sahabatnya:

"Inilah contohnya dunia, maka berhati-hatilah kamu kepadanya."