Airlangga juga memperluas wilayah kerajaan hingga ke Jawa Tengah, bahkan
pengaruh kekuasaannya diakui sampai ke Bali. Menurut prasasti Pamwatan (1042),
pusat kerajaan kemudian pindah ke Daha (daerah Kediri sekarang).
Beberapa kebijakan yang tercatat
pernah dilakukan pada masa kepemimpinan Airlangga di Kediri diantaranya,
·
Tahun 1035 memerintahkan Mpu Kanwa menulis Arjuna
Wiwaha yang diadaptasi dari epik Mahabharata. Kitab tersebut menceritakan
perjuangan Arjuna mengalahkan Niwatakawaca, sebagai kiasan Airlangga
mengalahkan Wurawari
·
Tahun 1036 membangun Sri Wijaya Asrama.
·
Tahun 1037 membangun bendungan Waringin Sapta
·
Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh, yang letaknya di
muara Kali Brantas, dekat Surabaya sekarang.
·
Membangun jalan-jalan yang menghubungkan daerah
pesisir ke pusat kerajaan.
·
Tahun 1041 meresmikan pertapaan Gunung Pucangan.
·
Memindahkan ibu kota dari Kahuripan ke Daha..
Setelah pusat
kerajaan dipindahkan ke daha maka kerajaan Erlangga lebih dikenal sebagai
Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu1042-1222 dengan Ibu Kota Dhanapura
disingkat Daha, yang terletak di tepi Sungai Brantas di Kota Kediri. Meski
Dahanapura bermakna 'kota api', namun nama itu dimaksudkan sebagai simbol
ke-maskulin-an kekuasaan semata
Nama
Dahanapura terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Sri Lokeswara
Dharmawangsa Airlangga Utunggadewa pada tahun 1042. Hal ini sesuai dengan
berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat
kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan sudah pindah ke Daha.
Pada kurun
waktu antara 11 November 1037 M dan 6 November 1041 M, masih pada masa
pemerintahan Airlangga, sejak kerajaan masih berpusat di Watan Mas sampai
pindah ke Kahuripan puteri mahkota Airlangga dari sang permaisuri yang bernama
Sri Sanggramawijaya Dharmaprasadha Utunggadewi, menduduki jabatan sebagai
rakryan mahamantri alias putri mahkota. Gelar lengkapnya ialah Rakryan
Mahamantri i Hino Sanggramawijaya Dharmaprasada Tunggadewi. Nama ini terdapat
dalam prasasti Cane (1021) sampai prasasti Turun Hyang I (1035). Tokoh Dewi
Kili Suci dalam Cerita Panji dikisahkan sebagai sosok agung yang sangat
dihormati. Ia sering membantu kesulitan pasangan Panji Inu Kertapati dan Galuh
Candrakirana, keponakannya.
Pada masa
pemerintahan Airlangga dan raja-raja sebelumnya, jabatan tertinggi sesudah raja
adalah rakryan mahamantri. Jabatan ini identik dengan putra mahkota, sehingga
pada umumnya dijabat oleh putra atau menantu raja.
Dari prasasti-prasasti
yang dikeluarkan Airlangga sejak 1021 sampai 1035, yang menjabat sebagai
rakryan mahamantri adalah Sanggramawijaya Tunggadewi. Sedangkan, pada prasasti
Pucangan (1041) muncul nama baru, yaitu Samarawijaya sebagai rakryan
mahamantri.
Sanggramawijaya
Tunggadewi identik dengan putri sulung Airlangga dalam Serat Calon Arang yang
mengundurkan diri menjadi pertapa bernama Dewi Kili Suci. Dalam kisah tersebut,
Dewi Kili Suci diberitakan memiliki dua orang adik laki-laki. Dengan demikian,
Samarawijaya dipastikan adalah adik Sanggramawijaya Tunggadewi.
. Dia
menduduki jabatan ini selama 16 tahun, hingga kemudian terjadi gangguan dari
putera Airlangga yang berasal dari selirnya, yakni Sri Mapanji Garasakan yang
mengatakan bahwa dirinya yang berhak atas tahta kerajaan. Sehingga Sri
Sanggramawijaya Dharmaprasadha Utunggadewi yang di ksmudian hari di harapkan menjadi
penerus Airlangga menolak menduduki tahta. Penolakan itu ditunjukkan oleh sang
puteri mahkota dengan menjadi pertapa dan Bhikkuni yang bergelar Kilisuci untuk
menghindarkan diri dari kemelut perebutan kekuasaan.
Menurut Serat Calon Arang,
karena penolakan ini Airlangga kemudian ......sebelumnya sesudahnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar