Setelah tiga tahun hidup di hutan,
Airlangga didatangi utusan rakyat yang memintanya supaya membangun kembali
Kerajaan Medang. Mengingat kota Wwatan sudah hancur, Airlangga pun membangun
ibu kota baru bernama Watan Mas di dekat Gunung Penanggungan. Ketika Airlangga
naik takhta tahun 1009 itu, wilayah kerajaannya hanya meliputi daerah Sidoarjo
dan Pasuruan saja, karena sepeninggal Dharmawangsa Teguh, banyak daerah bawahan
yang melepaskan diri.
Pada tahun
1019 M Airlangga secara resmi dinobatkan sebagai raja oleh para pendeta syiwa,
Buddha dan mahabrahmana sebagai raja dengan gelar “Rake Halu Sri Lokeswara
Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa”. .
Pada tahun 1023, Kerajaan
Sriwijaya yang merupakan musuh besar Wangsa Isyana dikalahkan Rajendra Coladewa
raja Colamandala dari India. kejadian ini dijadikan oleh Airlangga sebagai
waktu yang tepat untuk mempersiapkan diri menaklukkan Pulau Jawa.
Sejak
tahun 1025, Airlangga memperluas kekuasaan dan pengaruhnya seiring dengan
melemahnya Sriwijaya. Mula-mula yang dilakukan Airlangga adalah menyusun
kekuatan untuk
menegakkan kembali kekuasaan Wangsa Isyana atas pulau Jawa.
Airlangga
pertama-tama mengalahkan Raja Hasin. Pada tahun 1030 Airlangga mengalahkan
Wisnuprabhawa raja Wuratan, Wijayawarma raja Wengker, kemudian Panuda raja
Lewa. Pada tahun 1031 putra Panuda mencoba membalas dendam namun dapat
dikalahkan oleh Airlangga. Ibu kota Lewa dihancurkan pula
Pada tahun
1032 (prasasti Terep) seorang raja wanita dari daerah Tulungagung sekarang
berhasil mengalahkan Airlangga. Istana Watan Mas dihancurkannya. Airlangga
terpaksa melarikan diri ke desa Patakan ditemani Mapanji Tumanggala, dan
membangun ibu kota baru di Kahuripan. Raja wanita pada akhirnya dapat
dikalahkannya.
Dalam
tahun 1032 itu pula Airlangga dan Mpu Narotama mengalahkan Raja Wurawari,
membalaskan dendam Wangsa Isyana. Terakhir tahun 1035, Airlangga menumpas
pemberontakan Wijayawarma raja Wengker yang pernah ditaklukannya dulu.
Wijayawarma melarikan diri dari kota Tapa namun kemudian mati dibunuh rakyatnya
sendiri.
Berdasarkan
prasasti Kamalagyan (1037), ibu kota kerajaan sudah pindah ke Kahuripan (daerah
Sidoarjo sekarang)
Kerajaan
yang baru dengan pusatnya di Kahuripan, Sidoarjo ini, wilayahnya membentang
dari Pasuruan di timur hingga Madiun di barat. Pantai utara Jawa, terutama
Surabaya dan Tuban, menjadi pusat perdagangan yang penting untuk pertama
kalinya.
Pada prasasti
Pucangan yang bertarikh 1041 Masehi dan Prasasti Baru yang bertarikh 1030
Masehi, tercatat peperangan yang dilakukan oleh Airlangga, secara
berturut-turut adalah memerangi raja Wengker namun gagal, kemudian memerangi
raja Wuratan berhasil menang, lalu menyerang Wengker lagi dan gagal lagi,
setelah itu memerangi raja Hasin dan berhasil menang, kemudian menyerang
anaknya raja Wengker dan berhasil menang, kemudian menyerang raja Wora-Wari dan
berhasil menang, dan yang terakhir memerangi Wengker dan menang.
sebelumnya sesudahnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar